Senin, 24 Agustus 2009

2013

Pernah ada suatu ide iseng dan nggak penting tercetus oleh gua dan cewek gua saat lagi nonton film bareng. Idenya kayak gini : gua nonton sebuah film pada hari pertama film itu baru diputer. Setelah itu hari berikutnya kita berdua nonton lagi dan milih tempat paling depan. Saat film lagi tegang-tegangnya gua sama cewek gua bakal teriak-teriak nyeritain ending film tersebut.Kalo film pembunuhan ya gua ngasih tau siapa penjahatnya yang asli, dsb. Sangat iseng dan sangat nggak penting.

OK, itu baru sekadar ide doang. Belom ada niat buat gua melancarkannya (baca=masih waras). Nah sekarang, seandainya saat kita nonton film tau2 ada orang yang lebih nggak waras (baca=melaksanakan ide gua), apa yang lu rasain? Kalo gua sih bete cing. Lagi asik-asik nonton film, mana deg-degan pula, tau-tau ada yang ngasih tau ceritanya. Spoiler berat.

Lalu, apa hubungannya cerita gua diatas dengan tulisan gua kali ini?

2013

Banyak orang percaya bahwa 2013 nggak akan pernah dateng. Bukan omong kosong, bahkan sampe nyertain berbagai macem bukti. Dari yang suku Aztec lah, sampe macem2.

Tanyakan pendapat gua tentang masalah ini maka gua akan menjawab "Nggak perduli!". Kenapa gitu? Apa gua udah jadi orang bodo yang nggak mau ngeliat kenyataan?
Silahkan sebut gua gitu, tapi gua nanya, kenyataan yang mana?
Ramalan, sehebat apapun tetap merupakan ramalan. Kejadian sukur, nggak juga sukurin. Bukan sebuah ilmu mutlak yang pasti bener dan jadi kenyataan.

Weits, pertanyaan yang warna merah belom kejawab tuh. Nih gua jawab. Saat lu lagi semangat-semangatnya hidup (karena yang baca blog gua kebanyakan anak muda) tau-tau ada yang ngasih tau, "eh, Desember 2012 kiamat lho!Ada buktinya nih bla..bla..bla...".
Dhuer...
Shock nggak lu? Tau-tau aja lu percaya mentah-mentah. Lagi asik-asik belajar demi masa depan, lagi asik-asik mimpi punya kerjaan asoy-istri cantik, tau-tau dikasih tau nggak bakal idup sampe tua. Spoiler kan?

Udah ada berapa orang yang mau ngeramal kiamat. Sampe Nostradamus juga ada ramalan tentang kiamat. 1999 kalo kata dia.Lha sekarang tahun berapa? 2009 men! 10 tahun yang lalu kiamat mestinya, kata Nostradamus. Lha sekarang trus apaan dong?

Bukannya gua nggak percaya akan kiamat atau apalah. Yang mau gua bilang adalah bahwa kiamat adalah salah satu misteri agung dalam hidup, yang nggak seorang pun bisa ngeramalin. Memang sekarang tanda-tanda kiamat udah jelas. Bencana alam, perang, kelaparan dimana-mana. Tapi tanggal nya?nggak ada yang tau.

Konyolkan kalo misalnya kita udah siap-siap buat kiamat 2012 tau-tau ternyata kiamatnya itu besok pagi?

Trus gimana sebaiknya kita menyikapi ramalan tersebut?
Kalo gua menyarankan (hanya sekadar menyarankan), siap-siap lah untuk mati setiap saat. Maksudnya? Banyak doa + amal lah! Siapa yang tau lu mati kapan? Bisa aja besok pas lu nak mobil kena kecelakaan.Siapa tau ada gempa besar pas lu lagi tidur.

Sekali lagi, gua bukannya menyangkal akan ada kiamat, tapi gua nggak setuju dengan cerita "kiamat 2012" itu.

n.b : film yang waktu itu gua sama cewek gua tonton dan mau melaksanakan aksi spoiler adalah film Angels and Demon, dimana, lu tau banyak yang bisa di spoilerin disitu. (Nggak penting emang-biarin)

Minggu, 16 Agustus 2009

Berpikir Seperti Teroris

Berita yang lagi santer saat ini adalah tentang teroris. Densus 88 baru aja panen teroris. Biarpun yang salah satunya itu bukan noordin m top, tetep aja mereka panen. dan itu suatu keberhasilan buat kalo menurut gua. Dibalik celaan orang-orang tentang mereka, yang katanya buang-buang peluru lah, pake kekuatan berlebihan lah, dan segala macemnya, gua tetep salut sama mereka.

Teroris.
Orang-orang ini menghalalkan membunuh orang lain dengan kedok kepercayaan mereka. Gua sangat nggak setuju dengan hal itu,.Karena, biarpun gua bukan seorang Muslim, temen-temen gua, dan bahkan keluarga gua sendiri juga banyak yang Muslim. Dan gua ngga pernah ada masalah sama temen-temen gua dengan perbedaan kepercayaan tersebut. Saling menghormati lah.

Kenapa sih para teroris ini begitu bencinya sama orang yang bukan kaumnya? Kata mereka orang yang bukan kaumnya adalah lawannya. Berarti gua lawannya juga, secara gua adalah orang Nasrani. Pertanyaannya adalah kenapa mereka benci dengan orang diluar kaumnya?
Oke, sebagai seorang Nasrani gua sadar kalo agama gua juga punya masa lalu yang lumayan kelam. Tapi alesan itu-menurut gua- ngga cukup kuat untuk jadi alesan membunuh orang lain.

Mungkin emang susah buat gua berpikir dengan sudut pandang orang-orang itu.

Tapi ada satu hal yang menarik. Kalo seandainya syarat masuk Surga itu adalah dengan menjalankan setiap hal yang ada pada kepercayaan yang seseorang anut-termasuk teroris,maka mereka (teroris) pasti masuk surga kelas satu tuh. Bener nggak? Mereka percaya membunuh "lawannya" itu hal yang bener dan mereka lakukan itu.

Nah, apakah kita semua, yang selalu mengutuk perbuatan teroris itu punya ketaatan terhadap agama kita seperti yang teroris itu punya?
Apakah gua dan temen-temen gua yang setiap Minggu ke Gereja sudah berusaha menjalankan Sabda Tuhan sendiri?
Apa kalian yang setiap hari Sholat lima waktu juga udah menjalankan perintah agama kalian?

Kalau belum, sudah selayaknya kita malu sama para teroris itu. Ternyata mereka lebih "beragama" daripada kita. Marilah kita berpikir seperti teroris dengan selalu menjalankan perintah agama yang diajarkan kepada kita.

Kamis, 18 Juni 2009

Gaya Bersyukur

Tersebutlah seorang pengusaha kaya raya bernama Johan. Dia adalah seorang yang memiliki banyak perusahaan dan sebagian besar sukses. Dia memiliki banyak koneksi yang berpengaruh di berbagai bidang sehingga apa yang dikerjakannya dapat dengan lancar terselesaikan.
Pada suatu saat, dalam rangka untuk bersantai sekaligus mengatasi kejenuhan akan segala rutinitasnya, Johan pergi ke sebuah pantai di pinggir kota untuk relaksasi sejenak. Ia sangat menikmati pemandangan di tempat tersebut.

Saat Johan sedang berjalan-jalan di pantai tersebut, diwaktu para nelayan pergi melaut untuk mencari ikan, Johan melihat seorang nelayan yang sedang bermalas-malasan. Nelayan itu hanya tidur-tiduran di bawah sebatang pohon, sementara para nelayan yang lain sibuk melaut mencari ikan.
Melihat kejanggalan tersebut, Johan lalu mendekati nelayan tersebut dan bertanya,

"Pak, kenapa anda hanya bermalas-malasan sementara kawan anda lainnya sibuk bekerja?"

Nelayan itu menjawab sambil lalu,

"Ikan yang saya kumpulkan sudah cukup untuk hari ini."

Johan lalu bertanya kembali, "Kenapa anda tidak menggunakan waktu anda untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak?"."Untuk apa?" nelayan itu balik bertanya.

"Tentu saja untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak."

Nelayan itu bertanya kembali, "Setelah itu apa yang akan terjadi?". Johan menjawabnya lagi "Anda bisa menjadi orang yang serba berkecukupan."

Untuk terakhir kalinya sang nelayan bertanya,"Llu setelah saya menjadi orang yang serba berkecukupan?".Johan menjawab,"Anda bisa bersantai dan mensyukuri hidup ini."

"Anda pikir apa yang sedang saya lakukan sekarang?" Ujar sang nelayan sambil langsung melanjutkan tidurnya.

Cerita itu gua ambil dari mana gitu, gua lupa.

Di cerita itu ada dua orang dengan pandangan tentang bersyukur yang berbeda satu sama lain. Kali ini akan kita rinci satu-satu.

Johan
:

Johan adalah tipe tipe orang yang menkondisikan kebahagiaan. Maksudnya?
Maksudnya adalah tipe orang yang punya pikiran "Saya akan bahagia jika...". Tipe orang yang akan bahagia dengan apa yang belom dia punya. Tipe-tipe orang yang akan selalu mengejar sesuatu yang nggak bakal abis. Setelah punya ini kepingin punya yang itu, setelah punya yang itu pingin punya yang macem-macem lagi. Tipe orang yang menunjukan sifat asli manusia. Nggak pernah puas.

Nelayan
:

Tipe ini adalah tipe yang mencukupi dirinya dengan apa yang ada.Bagi sebagian orang manusia dengan tipe begini terkesan pemalas. Tapi sebenarnya mereka adalah tipe orang yang selalu bersyukur dengan apa yang mereka punya. Orang-orang kayak gini nggak perlu punya mobil mewah atau rumah segeda bandara buat bersyukur. Cukup apa yang dia punya.

Yah, maksud postingan gua kali ini bukannya ngebandingin mana yan lebih bagus, tapi mau nunjukin cara manusia untuk mensyukuri hidup. Dari dua tipe tadi menurut gua sih nggak ada yang jelek. Yang satu berusaha mencari lebih dan mencari tantangan baru, dimana yang lain berusaha untuk tidak serakah. Dua-duanya sama baiknya.

Kalo lu yang mana?

Kamis, 11 Juni 2009

Dunia Instan

Kemaren gua abis nonton film. Terminator Salvation.
Buat gak tau Terminator tuh film apaan gua kasih tau dikit secara garis besarnya. Terminator itu film yang menceritakan tentang kisah dimana pada suatu masa manusia harus bertarung melawan mesin yang pada mulanya dibuat untuk membantu kerjaan mereka.

Filmnya bisa dibilang bagus, biarpun ada bagian yang masih rumpang.Tapi secara keseluruhan bagus. Tapi gua bukannya mau nulis resensi film itu, melainkan berbicara suatu hal berkaca dari film tersebut.

Kira-kira, mungkin gak kejadian di terminator terjadi nyata?

Menurut gua, itu mungkin banget.

Dijaman sekarang banyak banget kita liat, denger, atau bahkan make sesuatu dengan embel-embel instan. Mie instan lah, bubur instan lah, semen instan lah, nasi goreng instan lah ( serius, yang satu ini konyol banget). Bahkan saat gua jalan-jalan ke toko buku banyak juga buku yang pada judulnya menambahkan embel-embel instan. "Belajar Gitar Secara Instan","Cara Cepat Manjadi Fotografer", dan lain sebagainya.

Kita semua, dengan segala barang-barang instan tersebut, terbentuk jadi seorang yang bermental instan pula. Apa ada dari antara kalian semua yang kalo bikin mie goreng pake bikin adonan terus dibentuk mie dulu? Nggak ada kan? Semua orang taunya kalo bikin mie itu tinggal panasin air, buka bungkus mie terus direbus. Instan sekali. Bahkan saking instannya kita sampai nggak tau kalo lagi dibegoin.

Lho? Dibegoin gimana?

Ya dibegoin lah. Coba lu beli mie goreng instan. Apa kalo lu masak pake lu goreng? Kan itu mie lu rebus bukan lu goreng. Terus kenapa namanya mie goreng? Dibegoin kan lu sama yang jual mie?

Tapi ya itulah. Kita udah terlena dengan segala iming-iming instan bahkan sampai gak melihat sesuatu secara mendalam. Seakan-akan besok sudah nggak ada hari lagi maka orang-orang mencari cara yang paling cepat buat dapetin sesuatu.

Ok, contohnya make mie mungkin terlalu dangkal. Ada beberapa contoh lagi yang mau gua kasih liat tentang hal instan ini. Buku. Kayak beberapa contoh yang gua sebutkan di atas ,ada banyak buku yang melampiran embel-embel instan.

"Cara Cepat Menjadi Gitaris".

Contoh buku yang gua ambil. Oke, judulnya emang bukan gitu.Tapi lu tau contoh-contoh buku yang gua maksud kan? Buku-buku model gitu ternyata laku juga. Orang-orang yang mau bisa main gitar tapi nggak mau repot banyak yang beli buku model gini. Padahal, pengalaman gua sebagai orang yang belajar gitar membuktikan bahwa belajar gitar itu nggak ada cara praktisnya. Kita mesti latihan setiap hari kalo mau jago. Iya kan?

Sekali lagi, kata instan membutakan mata orang.

Sebenernya nggak ada yang salah dengan hal-hal instan tersebut. Tujuan awalnya baik, membantu memudahkan hidup kita, karena dijaman sekarang waktu adalah uang. Setiap detik yang kita buang berarti membuang uang yang sebenarnya bisa kita peroleh. Tapi apa yang nggak baik dari barang-barang instan tersebut adalah saat kita terlena dengan barang-barang tersebut kita menjadi orang-orang yang bermental instan pula.

Pernah gua baca di sebuah forum tulisan yang isinya kurang lebih begini : "kenapa kita harus belajar kalkulus padahal pada akhirnya kalo kita kerja semua masalah hitung-menghitung kita serahkan ke komputer?"

Instan dan nggak mau repot banget tuh orang.

Keluhan yang kurang lebih sama pernah gua lontarkan pada ibu gua. Gua bilang,

"Bu,kenapa kita mesti belajar bikin buku kas repot-repot sampe se-teliti mungkin, ngitung debet-kredit harus pas, padahal nanti kalo kerja juga tinggal ketik di Excel, trus dijumlah.Beres masalah. "

Ibu gua menjawab,

"Supaya nanti kamu nggak cuma jadi operator. Kalo tinggal masukin data ke komputer sih cleaning service di training sebentar juga bisa. Tapi dia nggak ngerti apa arti data itu."

Komputer , dan juga alat-alat lainnya, diciptakan untuk memudahkan pekerjaan kita. Tapi seandainya kita nggak tau apa yang kita kerjakan terus semuanya buat apa?
Komputer dan alat-alat yang kita ciptain justru malah semakin pinter sementara kita jadi semakin nggak tahu apa-apa tentang hal yang kita lakukan.

Bukan nggak mungkin suatu saat kita memberikan segala pekerjaan kita sama alat-alat yang kita ciptakan. Dan bukan nggak mungkin juga kalo suatu saat alat-alat yang kita ciptakan akan berbalik jadi merugikan kita. Persis kayak cerita Terminator.

Jadi pesen dari gua, gak masalah menggunakan peralatan serba instan selama pola pikir kita nggak jadi pola pikir serba instan.

Gimana caranya?

Gua kasih satu contoh yang mungkin kedengarannya naif banget.
Seandainya lu lagi ada tes di sekolah atau kampus, apa yang akan lu perbuat?

a)belajar malam harinya.
b)males belajar dan nyari jalan pintas / instan (a.k.a ngepek/nyontek/hal-hal semacam itu).

Pilihan lu dari hal-hal kecil semacam itu akan membentuk mental lu.
Jadi bijaksanalah dalam menentukan pilihan lu.

Jumat, 05 Juni 2009

Cerita Tentang Anjing Saya

Saat saya kecil saya pernah memiliki seekor anjing. Anjing kampung biasa. Bila siang dia dikandangkan, dan bila malam dia dibiarkan berkeliaran di sekitar rumah. Setiap pagi dia pasti sudah menungg kembali di depan kandang untuk makan pagi.

Seperti layaknya anjing lain, ia memiliki suatu kebiasaan yaitu menandai daerah mereka dengan kencingnya. Biasanya dia akan mengencingi beberapa pohon atau tiang listrik sebagai tanda bahwa itu adalah daerahnya.

Apa arti dari kata "daerahnya"? Maksudnya adalah anjing, ataupun orang tidak dikenal lain yang masuk daerahnya, adalah suatu ancaman.
Setiap ada makhluk lain yang masuk ke daerahnya selalu disalaki oleh anjing saya. Untung anjing saya dikandangkan, karena apabila tidak ia pasti sudah mengejar makhluk tersebut.

Anjing lain pun mengerti bahwa daerah yang sudah dikencingi anjing saya adalah daerahnya.Diketahui dari baunya Tetapi terkadang ada yang nekat menerobos. Dan biasanya anjing saya akan langsung beringas. Tidak jarang ia berhasil menjebol kandang dan mengejar anjing lawannya itu hingga berakhir pada perkelahian. Saya pun tentu jadi kelabakan untuk melerainya.

Sekarang, mari kita refleksikan cerita saya dengan masalah baru2 ini! Blok Ambalat.

Malaysia (tampaknya) secara sengaja memprovokasi kita dengan melanggar batas wilayah kita di Blok Ambalat. Bukan pertama kalinya. Dalam tahun 2009 sudah 11 kali (CMIIW).Banyak yang gusar.

"apa mau mereka?meminta perangkah?"

Itulah pikiran banyak orang.

Perang.
Sebuah kata yang mudah diucapkan tapi berat ketika dilaksanakan.

Kita diciptakan sebagai manusia.Anda yang bukan manusia silahkan beranjak dari depan komputer anda.
Dan apakah arti Manusia bagi anda semua?
Manusia, artinya kita adalah makhluk yang berbudi.
Manusia, artinya kita adalah makhluk yang superior.
Manusia, artinya kita memiliki derajat lebih tinggi dari makhuk lain. Apalagi dari anjing saya yang diawal saya ceritakan.

Kita bisa berpikir.Anjing tidak.
Kita bisa duduk dalam suatu ruangan untuk bersama-sama memecahkan masalah.Anjing tidak.

Jika kita bisa melakukan semua hal yang anjing tidak bisa, tetapi kita justru memilih hal yang sama dengan yang anjing saya lakukan, apa arti menjadi seorang manusia?

Banyak orang yang rela mati demi negaranya. Sayapun demikian.
Tapi banyak pula orang yang tidak rela harus mati konyol dengan provokasi murahan seperti yang dilakukan Malaysia. Sayapun demikian.
Dengan keyakinan bahwa saya bisa lebih bermanfaat di bidang lain bagi negara kita.

Para tentara rela mati mengabdi bangsa Indonesia.Sudah seharusnya.
Sama seperti seorang dokter yang memberikan hidupnya demi keselamatan pasiennya. Sama seperti seorang guru yang memberikan setiap tetes keringatnya demi anak muridnya.

Pertanyaan saya. Jika perang terjadi, apakah hanya tentara saja yang menjadi korban?
Israel-Palestina, banyak wanita berjatuhan.
PD II-Bom Hiroshima-Nagasaki, Banyak anak2 menjadi cacat.
Dan apakah tentara-tentara itu hanya mempertaruhkan nyawanya sendiri?
Tidak.Ingatlah bahwa mereka juga ayah dari seorang anak, bahwa mereka juga suami bagi istrinya, dan juga mereka adalah seorang anak bagi orang tua mereka.

Pergi berselancar di internet saya memasukkan keyword : War Victims pada search engine.
Apa yang muncul? Silahkan anda lihat sendiri wajah orang-orang yang tidak tahu apa-apa tetapi menjadi korban.

Saya tiba-tiba membayangkan bila wajah-wajah itu adalah orang tua saya, saudara-saudara saya, dan orang lain yang saya kasihi.

Apa itu yang kita semua inginkan?

Menurut hemat saya, provokasi yang dilancarkan Malaysia adalah sebuah ujian dari Tuhan.
Ujian macam apa?
Ujian yang hendak menguji, sudah pantaskah kita menjadi bangsa yang besar, yang tidak mudah diprovokasi oleh orang lain.

Ini lah prinsip yang saya pegang.
Setiap Provokasi yang saya abaikan akan membuat saya semakin menjadi manusia, dan setiap provokasi yang saya sampaikan akan membuat saya semakin jauh dari apa yang disebut manusia.

Banyak peradaban yang terbentuk karena perang. Tapi itu semua masa lalu!
Masa di mana komunikasi merupakan suatu hal yang merepotkan!
Sekarang mari kita lihat. Saya menulis di Indonesia dan dalam hitungan detik saudara saya yang di Belanda pun bisa membaca. Semudah itulah komunikasi jaman sekarang.
Kita bisa membangun sebuah komunikasi yang baik bila kita memang menginkan hal tersebut!

Dan yang perlu diingat:
Damai bukan berarti lemah.
Damai bukan berarti tidak berbuat apa-apa.
Damai adalah bijaksana.
Damai adalah dewasa.
Damai adalah manusia.

Sebagai penutup, saya akan melanjutkan cerita tentang anjing saya.
Apa yang terjadi setelah anjing saya berkelahi adalah hal yang selalu sama. Kedua-duanya sama-sama terluka.

Jumat, 06 Februari 2009

Pemuda Harapan Bangsa

"Generasi muda adalah generasi harapan bangsa!"

Di negeri kita tercinta yang dilanda banyak krisis, kita sering denger kalimat itu dilontarkan orang2 tua buat kita-kita yang masih muda.
Sering kan lu denger omongan kayak gitu?
Buat gua itu omongan sampah.
Bukan tanpa alesan juga gua mikir kayak gitu.

Orang-orang yang ngomong kayak gitu adalah orang-orang yang udah gak punya niat sama sekali buat ngerubah bangsa ini. Orang2 kayak gini cuma berusaha keliatan bijaksana di depan orang lain. Orang2 yang udah nyerah sama keadaan dan nyerahin tanggung jawab ke orang lain, dalam hal ini anak muda.


"Hari ini gratis, besok bayar".

Kalo ini sih sering ada di warung rokok. Pada tau kan lu? Apa maksudnya coba?
Lu bayar hari ini besok baru boleh gratis. Tapi, besoknya lu dateng dan lu baca tulisan itu lagi, lu bakal bayar lagi dan baru boleh gratis besoknya. Gitu terus sampe cucu lu ubanan kagak slese2.
Jadi apa kesimpulannya? Kesimpulannya adalah kagak bakalan ada yang gratis!

Nah, terus apa hubungannya sama tulisan yang diatas?

Gini, jadi saat kita udah terdoktrin sama omongan orang2 diatas tadi, kita emang mungkin akan sedikit termotivasi, tapi setelah itu apa yang terjadi? Kita akan ngomong hal yang sama ke anak kita, terus anak kita akan ngomong hal yang sama juga ke cucu kita, dan gitu terus sampe cicitnya cicit kita punya cucu. Dan apa akibatnya?
Bangsa kita kapan majunya kawan?

Gua, jujur aja, bukan tipe orang yang nasionalis. Bahkan sekitar 1-2 taun yang lalu gua adalah orang yang anti-nasionalis. Gak bercanda nih. Dulu rasanya gua udah sepet sama keadaan negara lu ( karena gua nggak menganggap diri gua sebagai bagian dari negara Indonesia (oke, mungkin kedengerannya ekstrim bgt)), yang udah amburadul parah. Kalo lu sore2 liat berita lu bakal liat berbagai macem berita yang 90 % isinya pasti gak enak. Yang si ini ditangkep lah, si itu korupsi lah. Capek ngeliatnya.

Tapi gua, mungkin karena keseringan liat berita dalem negeri, berkembang menjadi seseorang yang lebih concern (ceileh...) sama keadaan Indonesia. Karena emang bener omongan orang2 tua lenje yang bilang kalo kita adalah pemuda harapan bangsa. Kalo emang mereka udah gak mau ngurusin negeri ini, biar gua, dan lu semua juga tentunya, yang ngurus.

Kita hidup di jaman yang keliatannya enak padahal nggak. Korupsi, pembunuhan, dan perampokan, dan segala macem tindak kriminal yang lain semakin merajalela. Gua rasa itu semua emang sengaja dikasih liat sama Big Boss supaya kita jadi semakin ngerti kalo yang kayak gitu tuh nggak enak. Nggak enak kan kalo uang yang lu setor buat sesuatu malah di pake buat hal yang laen?

Semua hal gak enak itu ditunjukin bukannya supaya kita bisa ngelakuin hal yang sama tapi supaya kita nggak ngelakuin hal itu ke orang lain sementara kita tau kalo digituin tuh gak enak.
Gua optimis sama generasi kita. Dan gua harap lu semua juga gitu.

Kita semua harus jadi manusia yang (jauh) lebih baik dari pendahulu kita supaya nantinya anak cucu kita bisa mengembangkan negeri kita jadi jauh lebih baik lagi dari kita. Bayangin aja Indonesia udah jadi negara maju. Bisa produksi kendaraan sendiri, pengolahan minyak bumi bisa dilakuin di negeri sendiri, sekolah bisa murah bahkan gratis.

Oke, sekali lagi emang mungkin gua keliatan sebagai seoreng pemimpi. Tapi, apa jadinya kalo kita gak punya mimpi?

Maka dari itu, mari kita berjuang buat membenahi negeri kita tercinta supaya nanti kalimat yang kita ucapkan ke anak2 kita bukanlah,
"Kalian adalah harapan bangsa!",

tapi,

"Kalian adalah pewaris kesuksesan bangsa ini!"

Rabu, 04 Februari 2009

Repot....

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling rebek. Kenapa gitu? Coba deh lu liat, makhluk apa selain manusia yang kalo kencing mesti di ruangan khusus? Ga ada kan? Ada banyak contoh yang mau gua kasih liat ke lu semua mulai dari yang paling gak penting sampe yang paling njlimet.

Contoh 1:
Kenapa kita mesti repot2 masak makanan kalo akhirnya cuma berakhir jadi eek? Gua sering mikir bahwa masak adalah pekerjaan paling konyol yang pernah dilakukan manusia.

Misalnya kita udah laper banget nih, tau2 di dapur ga ada nasi. Mesti bikin nasi kan lu? Mulai dari nyuci beras sampe nunggu nasi mateng yang waktunya ga sebentar. Keburu pingsan duluan kali.
Coba kita berandai-andai, misalnya nenek moyang lu ( gua juga)(kita maksudnya) pas jaman dulu makan langsung makan aja. Apa yang terjadi? Secara ilmu biologis badan kita bakal beradaptasi supaya bisa makan langsung mentah2 tanpa mesti sakit perut. Semua binatang kecuali manusia melakukan adaptasi kayak gitu.

Contoh 2 :
Saat ini dunia sedang dilanda krisis ekonomi. Dunia? Emang yang ngatur perekonomian dunia tuh siapa sih? Manusia kan? Anehnya, orang yang sama juga mengalami krisis yang melanda dunia.

Bingung? Oke, gini deh, contoh sama tapi skalanya lebih kecil. Negeri kita yang kaya SDA tapi ( dengan berat hati gua katakan) banyak utang bingung gimana caranya supaya utang luar negeri itu lunas. Bingung dengan alasan harga rupiah rendah dibanding dollar. Sekarang, kenapa nggak mereka (pemerintah) nyetak uang yang banyak terus dituker ke dalam dollar?
Hasilnya masalah lagi kan? Kalo uang terlalu banyak yang beredar maka akan terjadi deflasi ( apa inflasi ? ga ngerti gua) yang mengakibatkan harga rupiah itu sendiri turun.

Oke buat contoh yang ini gua gak begitu ngerti karen gua gak mempelajari bidang itu ( Science rules!!!). Tapi lu ngerti kan maksud gua? Duit yang tercetak mesti dikontrol.
Sama aja kayak di dunia. Pas krisis ekonomi kenapa gak nyetak duit yang banyak? Ya gitulah...

Oke, dari bacotan gua diatas apa yang bisa kita ambil?
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan kompleks karena memiliki akal budi. Nah, buah dari akal budi tersebut adalah berbagai macam masalah tadi. Kalo misalnya kita gak bisa mikir, kencing mah tinggal ngangkang aj kan?
Masalah2 diatas (dan masih banyak lagi contoh serupa) diadakan untuk menunjukan bahwa memang benar manusialah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan kompleks (sempurna dan kompleks masalahnya). Masalah itu juga memacu kita buat berpikir lebih jauh untuk menyelesaikannya dan berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Bridal Gowns. Powered by Blogger