Kamis, 11 Juni 2009

Dunia Instan

Kemaren gua abis nonton film. Terminator Salvation.
Buat gak tau Terminator tuh film apaan gua kasih tau dikit secara garis besarnya. Terminator itu film yang menceritakan tentang kisah dimana pada suatu masa manusia harus bertarung melawan mesin yang pada mulanya dibuat untuk membantu kerjaan mereka.

Filmnya bisa dibilang bagus, biarpun ada bagian yang masih rumpang.Tapi secara keseluruhan bagus. Tapi gua bukannya mau nulis resensi film itu, melainkan berbicara suatu hal berkaca dari film tersebut.

Kira-kira, mungkin gak kejadian di terminator terjadi nyata?

Menurut gua, itu mungkin banget.

Dijaman sekarang banyak banget kita liat, denger, atau bahkan make sesuatu dengan embel-embel instan. Mie instan lah, bubur instan lah, semen instan lah, nasi goreng instan lah ( serius, yang satu ini konyol banget). Bahkan saat gua jalan-jalan ke toko buku banyak juga buku yang pada judulnya menambahkan embel-embel instan. "Belajar Gitar Secara Instan","Cara Cepat Manjadi Fotografer", dan lain sebagainya.

Kita semua, dengan segala barang-barang instan tersebut, terbentuk jadi seorang yang bermental instan pula. Apa ada dari antara kalian semua yang kalo bikin mie goreng pake bikin adonan terus dibentuk mie dulu? Nggak ada kan? Semua orang taunya kalo bikin mie itu tinggal panasin air, buka bungkus mie terus direbus. Instan sekali. Bahkan saking instannya kita sampai nggak tau kalo lagi dibegoin.

Lho? Dibegoin gimana?

Ya dibegoin lah. Coba lu beli mie goreng instan. Apa kalo lu masak pake lu goreng? Kan itu mie lu rebus bukan lu goreng. Terus kenapa namanya mie goreng? Dibegoin kan lu sama yang jual mie?

Tapi ya itulah. Kita udah terlena dengan segala iming-iming instan bahkan sampai gak melihat sesuatu secara mendalam. Seakan-akan besok sudah nggak ada hari lagi maka orang-orang mencari cara yang paling cepat buat dapetin sesuatu.

Ok, contohnya make mie mungkin terlalu dangkal. Ada beberapa contoh lagi yang mau gua kasih liat tentang hal instan ini. Buku. Kayak beberapa contoh yang gua sebutkan di atas ,ada banyak buku yang melampiran embel-embel instan.

"Cara Cepat Menjadi Gitaris".

Contoh buku yang gua ambil. Oke, judulnya emang bukan gitu.Tapi lu tau contoh-contoh buku yang gua maksud kan? Buku-buku model gitu ternyata laku juga. Orang-orang yang mau bisa main gitar tapi nggak mau repot banyak yang beli buku model gini. Padahal, pengalaman gua sebagai orang yang belajar gitar membuktikan bahwa belajar gitar itu nggak ada cara praktisnya. Kita mesti latihan setiap hari kalo mau jago. Iya kan?

Sekali lagi, kata instan membutakan mata orang.

Sebenernya nggak ada yang salah dengan hal-hal instan tersebut. Tujuan awalnya baik, membantu memudahkan hidup kita, karena dijaman sekarang waktu adalah uang. Setiap detik yang kita buang berarti membuang uang yang sebenarnya bisa kita peroleh. Tapi apa yang nggak baik dari barang-barang instan tersebut adalah saat kita terlena dengan barang-barang tersebut kita menjadi orang-orang yang bermental instan pula.

Pernah gua baca di sebuah forum tulisan yang isinya kurang lebih begini : "kenapa kita harus belajar kalkulus padahal pada akhirnya kalo kita kerja semua masalah hitung-menghitung kita serahkan ke komputer?"

Instan dan nggak mau repot banget tuh orang.

Keluhan yang kurang lebih sama pernah gua lontarkan pada ibu gua. Gua bilang,

"Bu,kenapa kita mesti belajar bikin buku kas repot-repot sampe se-teliti mungkin, ngitung debet-kredit harus pas, padahal nanti kalo kerja juga tinggal ketik di Excel, trus dijumlah.Beres masalah. "

Ibu gua menjawab,

"Supaya nanti kamu nggak cuma jadi operator. Kalo tinggal masukin data ke komputer sih cleaning service di training sebentar juga bisa. Tapi dia nggak ngerti apa arti data itu."

Komputer , dan juga alat-alat lainnya, diciptakan untuk memudahkan pekerjaan kita. Tapi seandainya kita nggak tau apa yang kita kerjakan terus semuanya buat apa?
Komputer dan alat-alat yang kita ciptain justru malah semakin pinter sementara kita jadi semakin nggak tahu apa-apa tentang hal yang kita lakukan.

Bukan nggak mungkin suatu saat kita memberikan segala pekerjaan kita sama alat-alat yang kita ciptakan. Dan bukan nggak mungkin juga kalo suatu saat alat-alat yang kita ciptakan akan berbalik jadi merugikan kita. Persis kayak cerita Terminator.

Jadi pesen dari gua, gak masalah menggunakan peralatan serba instan selama pola pikir kita nggak jadi pola pikir serba instan.

Gimana caranya?

Gua kasih satu contoh yang mungkin kedengarannya naif banget.
Seandainya lu lagi ada tes di sekolah atau kampus, apa yang akan lu perbuat?

a)belajar malam harinya.
b)males belajar dan nyari jalan pintas / instan (a.k.a ngepek/nyontek/hal-hal semacam itu).

Pilihan lu dari hal-hal kecil semacam itu akan membentuk mental lu.
Jadi bijaksanalah dalam menentukan pilihan lu.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kayak lu kgak nyontek aje pip,zzzz...


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Bridal Gowns. Powered by Blogger